logo safety first Indonesia

PT Safety First Indonesia

Manajemen Resiko Di Tempat Kerja


Hai Teman Safety Pada kesempatan kali ini mimin akan membahas tentang Manajemen Resiko Ditempat Kerja. Mohon untuk disimak ya !!! 

Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, mengindari risiko, mengurangi efek buruk dari risiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi dari risiko tertentu.

I. Identifikasi Risiko

Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalammanajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:

  •  Brainstorming
  •  Survei
  •  Wawancara
  •  Informasi historis
  •  Kelompok kerja, dll.

II. Analisa Risiko

Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity (kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga, pada tahap ini sangtalah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan manajemen risiko.

Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan) seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.

Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko.

Dampak

Biaya Waktu

Kualitas

 

Sangat rendah

 

 

Dana mencukupi

 

 

 

Agak   menyimpang dari   target

Kualitas   agak berkurang namun masih dapat digunakan

Rendah

Membutuhkan dana   tambahan Agak   menyimpang dari   target

Gagal   untuk memenuhi janji pada stakeholder

Sedang

Membutuhkan dana   tambahan Berdampak   terhadap stakeholder

Beberapa   fungsi tidak dapat dimanfaatkan

Tinggi Membutuhkan dana tambahan yang signifikan Gagal   memenuhi deadline

Gagal   untuk memenuhi kebutuhan banyak stakeholder

Sangat tinggi

Membutuhkan dana tambahan yang substansial Penundaan   merusak proyek

Proyek   tidak efektif dan tidak berguna

 

Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka kita dapat mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat menggunakan skala dari 1-5 sebagai berikut:

Skala

Probabilitas

Dampak

Sangat   rendah

Hampir   tidak mungkin

 

terjadi

Dampak   kecil

Rendah

Kadang   terjadi

Dampak   kecil pada biaya, waktu dan kualitas

Sedang

Mungkin   tidak terjadi

Dampak   sedang pada biaya, waktu dan kualitas

Tinggi

Sangat   mungkin terjadi

Dampak   substansial pada biaya, waktu dan

kualitas

Sangat   tinggi

Hampir   pasti terjadi

Mengancam   kesuksesan proyek

III. Pengelolaan risiko

Jenis-jenis cara mengelola risiko:

1. Risk avoidance

Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.

2. Risk reduction

Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.

3. Risk transfer

Yatu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.

4. Risk deferral

Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil.

5. Risk retention

Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.

Penanganan risiko:

  • High probability, high impact : risiko jenis ini umumnya dihindari ataupun ditransfer.
  •  Low probability, high impact : respon paling tepat untuk tipe risiko ini adalah dihindari. Dan jika masih terjadi, maka lakukan mitigasi risiko serta kembangkan contingency plan.
  •  High probability, low impact : mitigasi risiko dan kembangkan contingency plan
  •  Low probability, low impact : efek dari risiko ini dapat dikurangi, namun biayanya dapat saja melebihi dampak yang dihasilkan. Dalam kasus ini mungkin lebih baik untuk menerima efek dari risiko tersebut.
  • Contingency plan: Untuk risiko yang mungkin terjadi maka perlu dipersiapkan contingency plan seandainya benar-benar terjadi. Contingency plan haruslah sesuai dan proporsional terhadap dampak risiko tersebut. Dalam banyak kasus seringkali lebih efisien untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya untuk mengurangi risiko dibandingkan mengembangkan contingency plan yang jika diimplementasikan akan lebih mahal. Namun beberapa scenario memang membutuhkan full contingency plan, tergantung pada proyeknya. Namun jangan sampai tertukar antara contingency planning dengan re-planning normal yang memang dibutuhkan karena adanya perubahan dalam proyek yang berjalan.

IV. Implementasi Manajemen Risiko

Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut.

V. Monitoring Risiko

Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah. Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan diimplementasikan secara efektif.